Pages

Saturday, January 14, 2012

Renungan Malam

Alhamdulillah malem ini satu keluarga inti bisa ngumpul bareng-bareng sekaligus makan di luar. Kalau dikenang kayaknya terakhir kayak gini mungkin sebelum ane SMA! Kalau makan bareng di rumah ya sering alhamdulillah, tp kalau makan di luar dan ditengah kesibukan masing-masing? Sungguh patut disyukuri. :)


Setelah semuanya menjawab 'terserah' saat ditanya mau makan di mana, akhirnya kami sekeluarga menuju ke Bumbu Desa di daerah Pajajaran, Bogor. Makanannya standar lah ya, namanya juga restoran keluarga ala Sunda. Masalahnya gak ada daftar harganya, jadi gak bisa kira-kira habis berapa. Untung bareng keluarga kan, jadi tidak usah dipikirkan. Hahaha. :D

Sambil menyantap hidangan, percakapan hangat antar keluarga pun mulai muncul. Mulai dari usaha keluarga, nanyain sambel mana yang enak (sambelnya ada 6 jenis boy, dari yg super pedes sampe manis mangga), sampe mobil yg kemarin baru diganti koplingnya. Hahaha. Nah, setelah semua selesai menyantap hidangannya masing-masing, barulah dimulai perbincangan yg agak serius. Usut punya usut, ternyata makan malam bareng ini dikarenakan kondisi keluarga yg makin dewasa. Mas Ryan udah mau selesai kuliah ekstensinya di IPB dan udah mulai kerja bantuin usaha Bapak. Sedangkan saya udah mulai tambah sibuk sama kegiatan akademis di kampus, mulai dari kuliah, penelitian, sampai dengan kerja. Ya istilahnya Bapak sama Mama mau mencoba menjalankan tugasnya sebagai orang tua untuk mengingatkan kedua putranya ini tapi dalam kondisi yg lebih serius. Berhubung pesan kedua orang tua saya besifatnya umum, jadi saya bakal coba share di sini. :)

1. Sebagai seorang muslim, janganlah pernah meninggalkan sholat
Pesan yang sudah sangat umum bagi seorang muslim/ah kepada seorang muslim/ah lainnya. Tapi yang ditekankan oleh Bapak saat itu adalah "Langsunglah sholat saat sudah terdengan adzan." Kalau misalkan dipikir-pikir, selama ini kalau mau dilihat memang mayoritas muslim menjalankan sholat karena sholat adalah tiang agama. Tapi apakah semuanya langsung mendirikannya sesaat setelah adzan berkumandang? Apakah semua muslim mendirikannya di mesjid? Sepertinya tidak.

Bapak cerita bahwa waktu beliau masih kerja di tempat orang aka jadi pegawai di perusahaan, sholat di mesjid itu susaaah banget. Waktu siang kadang ada rapat dsb. Waktu sore sama aja, plus gak ada waktu istirahat lagi. Waktu maghrib tua di jalan gara-gara macet dan akhirnya sampe rumah baru malem hari. Paginya bangun kadang telat. Pertanyaannya apakah pekerjaan tsb mendatangkan ridho dari Allah swt? 

Sekarang, udah hampir tujuh tahun Bapak self employee. Empat tahun awal kerja sama dengan kolega beliau, orang China di Malaysia. Tiga tahun selebihnya udah ngejalanin perusahaan sendiri. Waktu tujuh tahun inilah yg membuat banyak perubahan. Sebelumnya kerja harus pulang pergi kantor. Sekarang karena kantornya di rumah, jadi punya banyak waktu lebih dengan keluarga. Lalu karena lebih sering di rumah, jadi lebih sering ke mesjid sesuka hati kalau sudah masuk waktu sholat. Anehnya adalah rezeki Bapak gak berkurang, bahkan makin meningkat. Iya sih, memang sebuah kenyataan bahwa pengeluaran keluarga juga makin bertambah seiring berjalannya waktu, tapi selalu aja ada rezeki yang datangnya dari mana bahkan Bapak suka gak kira-kira.

Dari kehidupan yg dijalani selama berpuluh-puluh tahun ini, Bapak akhirnya menyadari bahwa rezeki datangnya benar-benar dari Allah swt., bukan dari atasan atau dari perusahan kita kerja. Kebanyakan orang Indonesia itu takut kalau misalkan dia gak punya pemasukan tetap, betul kan? Hal ini menyebabkan mayoritas lebih memilih jadi pegawai, entah di bank, pemerintah, atau di swasta. Bapak menekankan bahwa gak masalah kalau kita bekerja di perusahaan orang lain atau di pemerintahan, tapi pastikan di dalam diri kita ada keyakinan penuh terhadap Allah swt bahwa Dia-lah yg memberikan rezeki (baca: gaji), bukan atasan, perusahaan, atau institusi tempat kita bekerja. Keyakinan ini sangat penting loh, kenapa? Karena kalau pada suatu saat nanti terjadi sesuatu, contohnya adalah harus membuka usaha sendiri setelah keluar dari perusahaan seperti Bapak gara-gara tidak lagi sependapat dengan atasannya (dulu waktu di perusahaan Bapak adalah manajer pemasaran), mental dan kepercayaan diri kita untuk menatap masa depan kita tidak akan goyah atau bahakan runtuh.

Bapak menekankan bahwa yang namanya masa depan itu tidak ada siapapun yang tahu kecuali Allah swt, atau dengan kata lain masa depan itu adalah suatu hal yang ghaib. Masa depan, rezeki, jodoh, dan kematian adalah salah satu hal yang ghaib. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana masa depannya, rezeki apa yg akan dia dapatkan, siapa yg akan dinikahinya nanti, dan kapan ajal datang menjeput. Terus, gimana kita menghadapi masa depan? Jawabannya adalah dengan cara kita selalu bekerja keras dan banyak bedoa kepada Allah swt.

Bekerja keras itu penting, apapun pekerjaan yg kita lakoni. Saya jadi saksi hidup bagaimana Bapak kerja keras selama di perusahaan, dan begitu pula bagaimana Bapak bekerja keras selama menjalani usaha mandirinya. Jangan pernah berbohong alias jujur kepada siapapun saat berjualan juga menjadi kunci sukses selama berbisinis. Terbukti saat Bapak keluar dari perusahaan dan membuat usaha mandiri, pelanggan masih membeli barang-barang dari Bapak, bukan dari perusahaan tempat Bapak bekerja. Pelanggan pun bertambah banyak setelah beberapa pelanggan merekomendasikan Bapak sebagai supplier yg terpercaya, atau bahasa Kaskus-nya sih Recommended Seller.

Kerja keras juga gak cukup, harus sering banyak-banyak berdoa, karena sekali lagi, masa depan adalah hal ghaib. Bapak berpesan, kalau mau Allah menunjukkan jalan yg terbaik untuk kita, perbanyaklah berdoa alias sholat. Sholat itu doa. Sholat itu menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah. Segeralah mendirikan sholat wajib pada saat adzan telah berkumandang, karena sebagai bentuk rasa syukur kita. Perbanyaklah juga sholat sunnah dhuha 2 rakaat dan istikharah 2 rakaat sebelum beraktivitas di pagi hari agar rezeki dipermudah dan dipilihkan jalan yg terbaik di dunia ini oleh Allah swt. Berdoalah agar apabila rezeki yg akan kita jemput hari ini adalah memang yg terbaik dan milik kita, maka tolong dimudahkan untuk didapatkan. Berdoalah juga agar apabila rezeki yg akan kita jemput bukan yg terbaik dan bukan milik kita, maka gantilah dengan yg lebih baik lagi. Insya Allah dengan hal-hal kecil (sholat 5 waktu di awal waktu itu sederhana loh) diatas maka rezeki (termasuk jodoh loh :p) pun akan menjadi mudah dan mendapatkan yg terbaik dari Allah swt.

2. Selesaikanlah tugas yg sedang dijalani dengan sebaik-baiknya
Berhubung saya dan Kakak masih kuliah, masih belajar, maka Bapak berpesan agar diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Berusahalah sebaik-baiknya dan terus diiringi dengan doa. Jangan pernah menyerah, karena sekali lagi, masa depan itu ghaib. Bersikap baiklah dengan teman-teman di kampus. Ambillah ilmu sebanyak-banyaknya selama di masa perkuliahan. Jangan pernah mengeluh dengan mata kuliah yg sedang diambil. Jangan pernah berpikir bahwa sebuah mata kuliah, ini atau itu tidak penting saat di dunia kerja nanti, karena yakinlah tidak ada satu pun ilmu Allah yg tidak bermanfaat.

3. Perbanyaklah membaca Al-Qur'an
Bapak membuka bagian ini dengan kalimat yg sangat menggetarkan hati, "Satu-satunya buku di dunia yg tidak pernah salah adalah Al-Qur'an." Deg! Hati berdesir gan waktu dengernya! Selama kuliah udah begitu banyak buku yang tebalnya bukan main, tapi tidak ada seorang pun yg menjamin tidak ada kesalahan di dalamnya (terbukti dengan adanya revisi dan cetakan ke-n di setiap buku). Namun, sebuah buku bernama Al-Qur'an yg sudah berabad-abad lalu turun ke bumi, dijamin isinya oleh Allah dan akan terus dijaga oleh Allah sampai hari akhir nanti. Subhanallah!

Bapak berpesan, rajin-rajinlah membaca Al-Qur'an. Satu-dua ayat per hari tidak apa asal rutin. Bapak juga berpesan, "Jika pada suatu saat nanti kita sendirian di liang kubur, maka Al-Qur'anlah yg akan menjadi penerang kita, persis seperti lilin ini" sambil nunjuk lilin yg ada di tengah meja. Subhanallah, semoga kita semua selalu diberikan cahaya melalui Al-Qur'an baik di dunia maupun di akhirat nanti. Aamiin. :)

4. Naik Haji
Di bagian ini Bapak berpesan, sebisa mungkin selama hidup di dunia ini, sempatkanlah untuk menjalankan ibadah haji. Banyak sekali hikmah yang akan kita dapatkan selama kita menunaikan ibadah haji, begitu cerita Bapak. Bapak dan Mama baru setahun lalu naik haji, alhamdulillah. Bapak cerita bahwa beliau bedua baru naik haji tahun lalu karena nunggu saya sama Kakak udah agak dewasa dulu, jadi udah bisa jaga diri. Nyatanya, apabila semua harta benda dan keluarga kita pasrahkan kepada Allah selama kita beribadah kepada-Nya, maka Allah lah yg akan menjadi penjaga bagi harta benda dan keluarga yg ditinggalkan, begitulah kenang Bapak. Sebelum menjalani tujuh tahun usaha sendiri, hanya bermodal uang seadanya, dan jujur ke semua orang, dan tentunya sebelum naik haji, Bapak selalu ragu akan hal ini. Tapi setelah naik haji, maka yakinlah Bapak bahwa sebaik-baiknya penjaga di dunia ini adalah Allah swt.

Bapak juga cerita begini, kebetulan paman di Jogja alhamdulillah naik haji kemarin. Sebulan sebelum berangkat tiba-tiba paman gak mau bayar sisa BPH gara-gara khawatir akan anaknya Aji yg baru 1 tahun. Istrinya paman minta tolong ke Bapak supaya dibujuk mau bayar dan berangkat naik haji tahun ini juga. Akhirnya Bapak ane ke Jogja dan alhamdulillah berhasil. Bapak berpesan, suatu saat nanti kalau saya atau Kakak sudah berniat haji, jangan pernah membatalkannya. Hanya benar-benar keadaan darurat yg boleh membatalkan niatan haji seseorang, seperti perang misalkan. Bahkan seseorang yg sudah berniat naik haji dan kemudian wafat sebelum berangkat, maka seseorang yg masih hidup wajib menghajikan orang tersebut, ya kan? Dalam kasus paman, khawatir terhadap keluarga, titipkanlah kepada Allah karena sekali lagi, sebaik-baiknya penjaga di dunia ini adalah Allah swt.

5. Kehidupan pasca kuliah
Setahun lagi Kakak insya Allah wisuda S1 ekstensi, sedangkan saya insya Allah juga akan secepatnya menyusul wisuda dalam waktu dekat. Kakak udah hampir dekat waktunya untuk kerja dan menikah, demikian juga saya. Untuk kerja atau kuliah lagi sehabis ini, itu terserah masing-masing. Lakukanlah sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Kakak lebih seneng bisnis aka jualan, jadi mungkin emg lebih cocok buat bantuin usaha Bapak. Saya yg lebih menonjol di bidang akademis juga dibebaskan mau kerja atau kuliah lagi. Kerja juga terserah mau bantuin usaha Bapak atau di tempat lain. Pada intinya adalah kembail pada dua hal di awal tadi, kerja keras/sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu dan banyak berdoa atau sholat.

Untuk jodoh masing-masing baik saya atau pun Kakak terserah, cuma dipesankan untuk selalu berdoa kepada Allah agar dipilihkan yg terbaik. Kakak yg udah punya pacar diingatkan bahwa bisa jadi itu bukan yg terbaik. Bisa jadi Allah akan memilihkan dengan yg lebih baik, jadi banyak-banyaklah berdoa. Manusia bisa memilih, tapi Allah tahu mana yg terbaik bagi seorang hamba-Nya. Secara implisit Bapak berpesan bahwa segeralah menikah dan berkeluarga. Intinya, jangan pernah takut menatap masa depan selama kita selalu yakin dengan kekuasaan Allah swt. Setiap manusia (bukan hanya muslim/ah loh!) sudah dijamin oleh Allah akan mendapatkan rezekinya masing-masing, jadi jangan pernah takut untuk selalu berusaha dan bekerja keras.

6. Share masalah dengan Bapak dan Mama atau keluarga yg lain
Bapak berpesan agar kalau ada masalah, mau itu kuliah, jodoh, kerja, atau apa pun jangan ragu untuk dibincangkan bersama-sama dengan Bapak dan Mama. Insya Allah akan dicari jalan keluarnya dan tidak akan ada yg dimarahi. Kenapa gak bakal ada yg dimarahi? Agak bingung juga sih di sini. Tapi Bapak ngejelasin bahwa marah itu adalah salah satu tanda seseorang tidak bersyukur. Memang bagi seorang orang tua adalah dibolehkan untuk memahari anak-anaknya jika sudah melewati batas. Namun selama belum melewati batas, dalam hal ini adalah syariat agama, maka tidak ada alasan untuk memarahi seorang anak. Apakah adalah hak si anak untuk mendapatkan marah apabila mendapatkan nilai jelek saat ujian? Apakah adalah hak si anak untuk mendapatkan marah apabila bolos sekali dua kali? Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah kecil seperti itu selain amarah. Pendapat bahwa "Sabar itu juga ada batasnya" jelas-jelas adalah pendapat yg salah. Tingkat kesabaran seorang manusia terutama muslim itu tidak ada batasnya, namun justru yg membatasi sifat penyabar itu adalah diri kita sendiri.

Masih banyak sih pesan-pesan bermakna yg tadi malam diberikan oleh Bapak. Mungkin lain kali kalau ada waktu dan ane udah inget bakal ane update. Mudah-mudahan bermakna bagi yang mendengrakan (Kakak dan ane sendiri) dan kalian semua yg menyempatkan membaca post ini. Aamiin. :)

No comments:

Post a Comment